Gunungkidul (DIY) INANEWS.id - Ketua Komisi IV DPR-RI Siti Hediati Soeharto menghadiri Gelar Budaya Wayang Kulit dalam rangka memperingati Hari Wayang Sedunia, yang digelar di Rumah Joglo Prof. Dr. KPH H. Yanto, S.K., S.H., M.H., Padukuhan Pandanan, Kalurahan Sumberejo, Kapanewon Semin, Kabupaten Gunungkidul, Sabtu,(20/12/2025) malam.
Siti Hediati Soeharto dalam sambutannya mengatakan bahwa wayang bagi bangsa Indonesia bukan hanya sebagai tonton namun juga bisa menjadi tuntunan.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/12/polsek-kalasan-dan-stak-yogyakarta.html
"Sejak dahulu lewat wayang para leluhur menitipkan ajaran kehidupan tentang kejujuran, tanggung jawab, kesetiaan, serta kebijakan dalam bersikap. Maka dari itulah wayang menjadi warisan budaya yang sangat berharga dan tidak boleh kita tinggalkan," kata Titiek Soeharto sapaan akrab putri Presiden ke dua Republik Indonesia ini.
Titiek melanjutkan sambutannya bahwa wayang juga telah diakui dunia sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO, namun ia menegaskan bahwa ada yang lebih penting yaitu bagaimana merawat dan melestarikannya, sehingga wayang tidak hanya hidup di panggung namun juga hidup dalam hati dan perilaku masyarakat.
Pagelaran wayang kulit dengan lakon “Pandu Swargo”, ini juga dihadiri oleh Kapolri Jenderal Pol Listyo Sigit Purnomo. Sementara itu pagelaran wayang kulit ini menampilkan tiga dalang secara bergantian yakni Prof. Dr. KPH H. Yanto, S.K., S.H., M.H., Ki Sri Kuncoro (Brimob), dan Ki MPP Bayu Aji. Acara dipimpin oleh Ketua Panitia Joko Parwoto, S.E., M.M., yang juga menjabat sebagai Wakil Bupati Gunungkidul.
Lebih lanjut Titiek Soeharto mengatakan bahwa dari lakon pegelaran wayang kulit ini ada pesan kehidupan yang bisa di suritauladani dalam kehidupan.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/12/dugaan-ijazah-palsu-dprd-kediri-menguat.html
"Pada malam ini kita akan menyaksikan lakon pandu swargo, sebuah kisah yang mengandung pesan kehidupan yang sangat dalam, kisah ini mengingatkan kita bahwa kedudukan, kekuasaan dan kebesaran didunia tidak berarti tanpa kejujuran niat yang bersih dan tanggung jawab atas setiap perbuatan," jelasnya.
Titiek Soeharto berharap dengan pagelaran wayang kulit kali ini dirinya berharap wayang bukan hanya saja lestari dalam bentuk budaya namun juga bisa menjadi sumber pembelajaran, tuntunan dan inspirasi. Terlebih kepada para generasi muda, sehingga bisa memahami nilai-nilai kehidupan.
(WAP)


Social Header