Gunungkidul (DIY), INANEWS.id - Widya Prada Ahli Muda Disdikpora DIY Suryanto, S.Pd., M.Pd., mengatakan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di Kabupaten Gunungkidul memiliki tantangan yang serius dalam mengakses pendidikan.
Hal tersebut diungkapkan Suryanto pada acara Advokasi Pendidikan Khusus Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2025 di Balai Kalurahan Sambirejo, Kapanewon Ngawen, Gunungkidul, pada Rabu, (16/7/2025) lalu.
Lebih rinci Suryanto menyebut kendala para ABK di Gunungkidul bukan hanya terkait jarak tempuh namun juga budaya dalam memandang dan memperlakukan anak-anak berkebutuhan khusus.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/07/lurah-natah-bersama-komite-mi-yappi.html
"Ada tiga kendala yaitu geografis, dan juga secara ekonomi. Karena bagaimana pun anak-anak ini harus diantar dan ditunggu dan yang ketiga cara pandang masyarakat kepada anak-anak berkebutuhan khusus dan ini yang harus dirubah karena masyarakat masih banyak yang belum menerima secara positif anak-anak ini sehingga pola pandang ini harus kita ubah agar masyarakat bisa lebih menerima anak-anak ini lebih positif dan lebih terbuka memberikan keperdulian dan perhatian yang lebih besar," jelas Suryanto.
Lebih tegas Suryanto mengatakan bahwa dibalik keterbatasan anak-anak berkebutuhan khusus ini tersimpan talenta yang sangat luar biasa, Ia mencontohkan Putri Ariani dengan keterbatasannya mampu dunia Internasional dengan talenta bernyanyi nya.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/07/festival-cokelat-nglanggeran-2025.html
Terkait jenjang pendidikan bagi ABK Suryanto mengatakan saat ini perguruan tinggi negeri di Yogyakarta telah terbuka kepada anak-anak berkebutuhan khusus.
"Banyak anak-anak kita ini masuk ke perguruan tinggi, karena perguruan tinggi kita sudah inklusi, ada Putri Ariani itu yang ikut Got Talent dulu awalnya sekolah di SLB Yaketunis dan masuk ke sekolah musik, dan saat ini dia masuk di fakultas hukum UGM. Bahkan banyak yang melanjutkan ke perguruan tinggi diluar negeri seperti Australia, saat ini perguruan tinggi kita sudah inklusi, seperti UIN, UNY bawakan UGM sangat terbuka untuk anak-anak inklusi," jelas Suryanto.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/07/buruh-harian-lepas-meninggal-dunia.html
Suryanto berharap budaya Inklusif dapat tumbuh di semua elemen masyarakat, karena menurutnya perlakuan rasa kasian dan empati sangat jauh berbeda, sehingga Suryanto menekankan kepada masyarakat untuk menimbulkan rasa empati kepada anak-anak dengan kebutuhan khusus ini.
"Karena semakin tinggi peradaban masyarakat suatu bangsa, itu ditandai dengan semakin tingginya terhadap kelompok rentan dan salah satu kelompok rentan ini adalah anak dengan kebutuhan khusus atau disabilitas, dan kami berharap budaya inklusi bisa tumbuh di semua elemen masyarakat, sehingga kita tidak bersikap kasian namun berempati, bahwa ini mahluk Tuhan yang sama dengan kita yang memang memerlukan perhatian dari kita yang normal ini, kita tidak kasian tapi kita empati," tutup Suryanto.
(WAP)
Social Header