Sleman (DIY), INANEWS.id - Pemerintah Kabupaten Sleman melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) menyelenggarakan Seminar Pencegahan Ekstremisme, Radikalisme, dan Terorisme bekerja sama dengan Satgaswil Densus 88 Anti Teror DIY, dengan fokus pada penanggulangan anak terpapar radikalisme di lingkungan pendidikan. Kegiatan berlangsung di Merbabu Meeting Room, Hotel Prima SR, dan dihadiri sekitar 70 kepala sekolah jenjang SMP/MTs dan SMA/SMK/MA Negeri se-Kabupaten Sleman serta unsur Forkopimda. Rabu (26/11/2025)
Seminar dibuka oleh Drs. Agung Armawanta, M.T., Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Sleman. Dalam sambutannya, beliau mengingatkan pentingnya momentum Hari Guru Nasional sebagai peran strategis pendidik dalam membentuk generasi yang toleran dan resilien terhadap pengaruh paham kekerasan.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/11/dump-truk-terguling-di-tikungan-semugih.html
“Kami mengajak para kepala sekolah untuk tidak memandang isu radikalisme sebagai sesuatu yang jauh dari keseharian, tetapi sebagai tantangan nyata yang memerlukan kewaspadaan dan sinergi,” ujarnya.
Dalam sambutannya, beliau juga menyampaikan bahwa tema ini penting di tengah meningkatnya fenomena ekstremisme di ruang digital yang rentan menyasar peserta didik. “Melalui forum ini, kami berharap sekolah mendapatkan pengetahuan baru sekaligus memperkuat jejaring kerja dalam upaya pencegahan,” ungkapnya.
Densus 88 Anti-Teror menyoroti perkembangan potensi radikalisme di Indonesia, termasuk meningkatnya Indeks Potensi Radikalisme nasional pada 2023 yang mencapai 11,7 persen. Disampaikan pula temuan terkait 110 anak usia 10–18 tahun di 23 provinsi yang dicurigai telah direkrut oleh jaringan terorisme melalui media sosial dan platform permainan daring.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/11/budaya-rineksa-mrih-raharja-katongan.html
Faktor-faktor kerentanan seperti ketidakharmonisan keluarga, perundungan, dan pencarian identitas diri diidentifikasi sebagai celah yang dimanfaatkan kelompok radikal. Densus 88 menegaskan urgensi penguatan deteksi dini, pengawasan lingkungan pendidikan, serta kolaborasi sekolah, orang tua, pemerintah untuk mencegah penyebaran paham ekstrem.
Materi kedua yang dibawakan oleh Diasma Sandi Swandaru, S.Sos., M.H., dosen Universitas Gadjah Mada, menekankan pentingnya nilai-nilai kebangsaan dalam memperkuat ketahanan ideologis generasi muda. Filosofi Bhinneka Tunggal Ika dipaparkan sebagai landasan dalam menjaga persatuan di tengah keberagaman.
Dijelaskan bahwa tantangan globalisasi dan derasnya arus informasi digital menuntut penguatan pendidikan karakter, toleransi, dan pemahaman lintas budaya, agar peserta didik tidak mudah terpengaruh narasi ekstremisme. Nilai-nilai kebangsaan ditawarkan sebagai modal utama dalam membangun daya tangkal ideologis di lingkungan sekolah dan masyarakat.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/11/dua-motor-tabrakan-di-watusigar-satu.html
Kepala sekolah, tokoh pendidikan, dan perwakilan instansi lain turut aktif berdiskusi mengenai langkah-langkah preventif yang dapat diterapkan di sekolah. Beberapa poin penting yang ditekankan antara lain: perlunya SOP penanganan kasus intoleransi dan radikalisme di sekolah, peningkatan literasi digital siswa, penguatan komunikasi antara sekolah dan orang tua, serta pentingnya membangun budaya sekolah yang inklusif dan aman.
Melalui kegiatan ini, Pemerintah Kabupaten Sleman menegaskan komitmennya dalam menciptakan ekosistem pendidikan yang bebas dari intoleransi, radikalisme, dan kekerasan. Kesbangpol Sleman berharap hasil seminar ini dapat ditindaklanjuti dengan peningkatan kapasitas satuan pendidikan dalam melakukan deteksi dini dan pencegahan, serta memperkuat sinergi lintas instansi dalam menjaga keamanan dan ketahanan ideologi di lingkungan pendidikan.
(ALX)



Social Header