Breaking News

Dua Puluh Persen Dana Desa Dialokasikan, Pengkol Serius Bangun Ketahanan Pangan Lewat BUMKal

BUMKal Berkah Makmur Kalurahan Pengkol, Nglipar, Gunungkidul tampil sebagai motor penggerak ketahanan pangan desa. Di tengah krisis kepercayaan terhadap koperasi nasional, BUMKal ini justru tumbuh lewat sinergi pemerintah kalurahan, tokoh masyarakat, dan warga. Fokus pada pertanian dan perikanan, serta dukungan Dana Desa sebesar 20%, menjadikan BUMKal Pengkol contoh nyata kemandirian ekonomi berbasis desa.


Gunungkidul (DIY), INANEWS.id - Di tengah merebaknya berbagai persoalan koperasi skala nasional, mulai dari koperasi simpan pinjam fiktif, praktik investasi ilegal, hingga gagalnya koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat, Kalurahan Pengkol di Kapanewon Nglipar, Kabupaten Gunungkidul, justru menghadirkan cerita berbeda.

Melalui Badan Usaha Milik Kalurahan (BUMKal) Berkah Makmur, Pengkol menunjukkan bahwa model ekonomi desa yang dikelola secara profesional, transparan, dan berbasis kebutuhan nyata warga bisa menjadi alternatif nyata dari kegagalan sistem koperasi konvensional.

BUMKal Berkah Makmur tak hanya tumbuh sebagai badan usaha desa biasa. Ia bergerak lebih jauh menjadi motor ekonomi lokal, menjawab isu ketahanan pangan, dan menumbuhkan kepercayaan public dimana sesuatu yang kini semakin langka dalam dunia koperasi.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/tukik-menetas-di-pantai-wisata-tanda.html

Momentum itu terlihat jelas saat BUMKal Berkah Makmur menggelar Bazar UMKM di Balai Kalurahan Pengkol pada 2–3 Agustus 2025 ini, dalam rangka Bersih Desa dan menyambut HUT RI ke-80. Ratusan warga menghadiri bazar yang menjadi ajang promosi berbagai produk lokal sekaligus memperkenalkan BUMKal sebagai pengelola unit usaha ketahanan pangan yang baru dimulai tahun ini.

Direktur BUMKal Andri Susila menegaskan, pihaknya ingin menjadi lebih dari sekadar badan usaha. "Kita tidak ingin jadi BUMKal yang hanya menjalankan program formalitas. Kita ingin jadi lembaga yang benar-benar bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," ujarnya.

Fokus utama tahun ini adalah ketahanan pangan. Mulai dari penyediaan bahan pokok, pengembangan pertanian dan perikanan, hingga keterlibatan generasi muda dalam ekosistem ekonomi desa. Semua diarahkan untuk menciptakan kedaulatan pangan berbasis desa.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/merdeka-dengan-budaya-kirab-merah-putih.html

Secara nasional, banyak koperasi dan lembaga ekonomi rakyat gagal menjalankan amanah. Sebagian besar kasus berkaitan dengan pengelolaan yang tertutup, tidak profesional, atau tersandung investasi bodong. Akibatnya, ribuan masyarakat kehilangan dana, dan kepercayaan terhadap koperasi makin terpuruk.

Di sinilah, BUMKal seperti Berkah Makmur muncul sebagai harapan baru. Karena ia tidak bergantung pada modal besar dari luar, tapi justru bertumpu pada kekuatan sosial, partisipasi warga, dan dukungan regulasi pemerintah desa.

"BUMKal ini seperti koperasi, tapi lebih dekat ke rakyat karena dimiliki dan dikendalikan oleh pemerintah desa. Bedanya, semua dana dan kegiatan harus bisa dipertanggungjawabkan secara langsung di forum desa,” kata Jogoboyo Kalurahan Pengkol, Sigit, yang ikut mendukung penuh penguatan peran BUMKal.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/wujudkan-program-ketahanan-pangan.html

Keseriusan Pemerintah Kalurahan Pengkol pun tak main-main. Tahun ini, 20% Dana Desa dialokasikan khusus untuk program ketahanan pangan yang dijalankan BUMKal Berkah Makmur. Lurah Pengkol, Agus Sunarjo, menegaskan bahwa desa harus mengambil peran lebih besar dalam membangun masa depan warganya.

“Ketahanan pangan itu bukan sekadar program. Itu soal nasib rakyat. Dan Kalurahan Pengkol siap menjadi contoh bahwa desa bisa mandiri dan maju kalau dikelola dengan hati-hati dan niat baik,” katanya.

Rencananya, dana tersebut akan digunakan untuk membentuk unit-unit usaha baru di sektor pertanian dan perikanan, juga mendukung pengolahan hasil pertanian warga agar tidak hanya dijual mentah, tetapi punya nilai tambah.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/sugeng-nurmanto-lakukan-ini-agar.html

Satu tantangan lain yang disorot BUMKal adalah minimnya minat generasi muda terhadap sektor pangan. Karena itu, BUMKal mulai merancang pendekatan berbasis literasi dan teknologi. Salah satunya, menjalin kerja sama dengan Perpustakaan Balai Pintar yang selama ini aktif dalam literasi anak dan warga. 

Ke depan, perpustakaan akan bertransformasi menjadi ruang belajar interaktif, menggabungkan buku, praktik lapangan, hingga pelatihan ekonomi desa. “Kita tidak bisa paksa anak muda turun ke sawah. Tapi kita bisa bawa teknologi dan pemahaman baru ke mereka. Literasi pangan akan jadi jembatan,” ungkap Andri.

Di tengah krisis kepercayaan publik terhadap koperasi dan lembaga ekonomi rakyat, Pengkol justru hadir sebagai contoh bahwa pengelolaan yang jujur, transparan, dan inklusif mampu menghadirkan solusi nyata. “Kalau desa bisa mandiri pangan dan ekonomi, maka kabupaten dan negara juga akan kuat,” tutup andri.

(HAW)

© Copyright 2022 - INANEWS