Breaking News

Merdeka dengan Budaya: Kirab Merah Putih Satukan Tradisi dan Nasionalisme di Pilangrejo

Dalam rangka HUT RI ke-80, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul membagikan 100 bendera merah putih kepada warga Pilangrejo dan menggelar kirab budaya yang diikuti ribuan peserta. Tak sekadar meriah, kegiatan ini menggabungkan simbol nasionalisme dan kearifan lokal. Wakil Bupati menekankan pentingnya budaya sebagai bagian dari perjuangan politik kebangsaan, sementara Kesbangpol mengingatkan agar masyarakat tak larut dalam simbol fiksi seperti bendera One Piece.


Gunungkidul (DIY), INANEWS.id – Bulan Agustus kembali membawa semangat merah putih ke seluruh penjuru negeri. Namun ada yang berbeda di Kalurahan Pilangrejo, Kapanewon Nglipar, Gunungkidul, tahun ini. Peringatan HUT ke-80 Republik Indonesia diwarnai dengan nuansa budaya yang kental dan menyatu dalam satu gerak bersama, kirab kemerdekaan berbalut adat lokal.

Pemerintah Kabupaten Gunungkidul memulai rangkaian peringatan kemerdekaan dengan membagikan 100 bendera merah putih secara simbolis kepada warga Pilangrejo. Pembagian ini menjadi bagian dari program nasional “Gerakan Pembagian Bendera Merah Putih” yang digaungkan oleh pemerintah pusat. 

Namun bukan sekadar seremoni pengibaran bendera, Pemkab Gunungkidul menambahkan elemen yang memperkuat makna: pelestarian budaya sebagai ekspresi cinta tanah air.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/wujudkan-program-ketahanan-pangan.html

Tak kurang dari ribuan warga memadati jalan-jalan kampung untuk mengikuti kirab budaya. Anak-anak, pemuda, ibu-ibu PKK, hingga para sesepuh tampil dalam balutan busana adat Jawa, membawa gunungan hasil bumi, memainkan gamelan, dan melantunkan tembang dolanan. Warna merah putih tampak menyatu dengan kain lurik, batik, dan ikat kepala para peserta.

Di tengah keramaian, Giran (44), warga Padukuhan Pilang, tampak sumringah. Ia mengaku baru kali ini merasakan peringatan 17 Agustus yang begitu bermakna dan membumi. 

“Biasanya budaya ya jalan sendiri, upacara juga sendiri. Tapi ini digabung, jadi kita ngerasain banget kemerdekaan itu bukan cuma upacara atau lomba, tapi juga bagaimana budaya itu jadi bagian dari perjuangan bangsa,” ujarnya.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/sugeng-nurmanto-lakukan-ini-agar.html

Tak hanya merasa senang, Giran menegaskan bahwa ia dan warga lain akan melestarikan semangat kemerdekaan yang berbudaya ini untuk generasi berikutnya.

“Saya senang banget. Anak-anak jadi ngerti kenapa kita hormat bendera, kenapa budaya itu penting. Harapannya tahun depan bisa lebih besar lagi, jangan sampai ini jadi acara musiman saja,” tuturnya.

Wakil Bupati Gunungkidul, Joko Parwoto, yang hadir langsung dalam kirab tersebut, menyampaikan bahwa penggabungan antara budaya dan kemerdekaan bukan sekadar strategi perayaan, tetapi juga bagian dari upaya membangun kesadaran politik kebangsaan yang lebih luas.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/pura-segara-wukir-gelar-piodalan.html

“Budaya adalah akar kekuatan bangsa. Tapi politik kebangsaan kita hari ini sering terlepas dari akar itu. Karena itu, kami ingin agar kemerdekaan ini tidak hanya dimaknai sebagai hasil perjuangan senjata, tetapi juga perjuangan identitas budaya lokal yang menyatukan kita,” ujar Joko.

Ia menambahkan bahwa di tengah tantangan global dan maraknya pengaruh luar, masyarakat harus diberi ruang untuk kembali pada nilai-nilai lokal yang memperkuat keutuhan dan kedaulatan bangsa.

“Kita harus jujur bahwa banyak ancaman ideologis yang masuk lewat budaya populer. Maka menguatkan budaya lokal adalah bagian dari pertahanan politik dan jati diri bangsa,” tegasnya.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/imo-indonesia-apresiasi-rencana-kongres.html

Kirab budaya yang digelar di Pilangrejo ini diharapkan menjadi model baru dalam merayakan kemerdekaan bukan hanya melalui simbol-simbol formal negara, tetapi juga lewat kekayaan budaya lokal yang terus hidup di tengah masyarakat. 

Di tengah perbedaan agama, suku, dan latar belakang sosial, budaya mampu menjadi benang merah yang menyatukan. Dengan paduan antara nasionalisme dan budaya, Pemerintah Kabupaten Gunungkidul mengajak masyarakat untuk tidak sekadar merayakan kemerdekaan. 

“Tak hanya itu, tapi juga menghidupinya melalui hal-hal yang dekat, akrab, dan diwariskan secara turun-temurun. Sebuah cara merdeka yang lebih dalam dan menyatu dalam denyut kehidupan sehari-hari,” ujar joko.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/22-nama-akan-mendapatkan-tanda.html

Sementara itu, Kepala Kesbangpol Gunungkidul, Johan Eko, menyoroti fenomena yang belakangan kerap terlihat di media sosial saat 17-an yaitu maraknya penggunaan bendera dan atribut karakter fiksi, seperti bajak laut One Piece, yang justru mendominasi suasana perayaan.

“Kami tidak melarang ekspresi kreatif warga, tapi tetap harus dikembalikan pada esensi kemerdekaan. Jangan sampai bendera asing atau simbol fiksi lebih ramai daripada merah putih. Ini PR bersama,” ujarnya.

Johan menambahkan bahwa tugas pemerintah adalah menyadarkan masyarakat bahwa kemerdekaan bukan hanya dirayakan, tetapi juga dimaknai dengan benar.

“Kirab budaya ini adalah bentuk edukasi. Bahwa identitas bangsa harus tampil di ruang publik, terutama saat momen-momen penting seperti Hari Kemerdekaan. Bukan hanya hiburan, tapi juga pengingat sejarah dan perjuangan bangsa,” pungkasnya.

(HAW)

© Copyright 2022 - INANEWS