Breaking News

Fenomena Nasional Jadi Sorotan, NU Gunungkidul Hadir sebagai Mitra Kritis Pemerintah

Tidak hanya bicara soal agama, NU Gunungkidul hadir mengawal program nasional agar tepat sasaran, termasuk isu pendidikan, kesehatan, dan tantangan anak muda. Dari masalah stunting hingga minimnya lapangan kerja, NU Gunungkidul aktif menjadi mitra kritis pemerintah untuk memastikan pembangunan menyentuh warga kecil.

Gunungkidul (DIY), INANEWS.id - Fenomena nasional saat ini diwarnai dengan berbagai persoalan mendasar yang menjadi sorotan publik, mulai dari meningkatnya angka pengangguran, ketimpangan ekonomi, hingga isu stunting yang masih menghantui banyak daerah. 

Di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan sosial, generasi muda juga menghadapi tantangan serius: sulitnya akses lapangan kerja, krisis kepercayaan terhadap institusi negara, hingga meningkatnya potensi pernikahan dini.

Di sisi lain, pemerintah pusat terus menggulirkan berbagai program prioritas Presiden yang menyasar bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi kerakyatan, hingga pengentasan kemiskinan. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah sejauh mana program-program itu benar-benar menyentuh rakyat kecil di desa-desa.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/pemerintah-semoyo-dituding-lakukan.html

Gunungkidul menjadi salah satu kabupaten yang mencerminkan persoalan sekaligus harapan tersebut. Di daerah dengan bentang alam luas dan sumber daya terbatas ini, kehadiran organisasi masyarakat menjadi penopang penting agar program pembangunan tidak berhenti di level wacana.

Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Kabupaten Gunungkidul, Mochamad Tohari, menegaskan bahwa program Presiden yang dijalankan pemerintah pusat tidak hanya sebatas jargon politik, tetapi betul-betul telah hadir di tengah masyarakat hingga pelosok desa. 

NU, kata dia, turut mengawal agar manfaat dari program itu tidak berhenti di atas kertas, melainkan sampai ke warga kecil yang benar-benar membutuhkan. “Alhamdulillah, program Presiden sudah banyak yang sampai ke masyarakat Gunungkidul. Tugas kita bersama adalah memastikan manfaatnya tepat sasaran, terutama bagi warga kecil,” ujarnya.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/kapanewon-gedangsari-kena-imbas.html

Tohari mengungkapkan, peran NU di Gunungkidul tidak hanya sebatas pada penguatan bidang keagamaan, tetapi juga menyentuh aspek sosial, ekonomi, hingga pendidikan. Ia mencontohkan, NU secara aktif ikut mendorong program penanggulangan stunting yang hingga kini masih menjadi pekerjaan rumah besar di wilayah pedesaan. Melalui kerja sama dengan berbagai pihak, NU mengawal bantuan gizi, edukasi kesehatan ibu-anak, serta pendampingan keluarga.

Tak hanya itu, NU juga memberi perhatian pada penguatan ekonomi masyarakat. Melalui pemberdayaan koperasi dan UMKM, warga desa didorong agar memiliki usaha mandiri. Upaya ini sejalan dengan program Presiden terkait ketahanan pangan dan pengentasan kemiskinan.

“NU Gunungkidul tidak hanya bicara soal agama, tetapi juga hadir dalam kehidupan sosial masyarakat. Mulai dari membantu anak-anak putus sekolah, advokasi layanan kesehatan, hingga mengurangi kesenjangan ekonomi warga desa. Semua itu sejalan dengan arah kebijakan Presiden yang mendorong pemerataan pembangunan,” imbuhnya.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/aksi-bejat-pria-bermotor-di-jalan.html

Namun, Tohari mengingatkan bahwa Gunungkidul memiliki tantangan khusus. Selain wilayahnya yang luas dan kondisi geografis yang kering, tantangan sosial ekonomi juga cukup kompleks. Salah satunya adalah problem generasi muda. Ia menyebut, anak-anak muda di Gunungkidul hari ini berhadapan dengan minimnya lapangan pekerjaan, derasnya arus teknologi digital, serta rendahnya daya saing.

“Banyak anak muda yang setelah lulus sekolah bingung melangkah. Ada yang merantau ke kota, ada juga yang memilih bekerja serabutan di kampung. Kalau tidak kita kawal, generasi muda kita bisa terjebak pada rasa pesimis,” terang Tohari.

NU, menurutnya, mencoba hadir memberikan solusi. Lewat lembaga pendidikan dan pesantren, NU mengajarkan keterampilan praktis seperti kewirausahaan, pertanian modern, hingga pelatihan digital. Dengan demikian, anak muda tidak hanya mendapat bekal ilmu agama, tetapi juga keterampilan hidup yang relevan dengan perkembangan zaman.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/tangis-keluarga-hanania-di-hadapan.html

“Kami ingin anak-anak muda Gunungkidul bisa punya harapan. NU siap bersinergi dengan pemerintah daerah maupun pusat untuk menghadirkan pelatihan kerja, pemberdayaan ekonomi digital, hingga ruang-ruang kreatif bagi generasi muda,” tambahnya.

NU juga menaruh perhatian pada problem sosial lain seperti angka pernikahan dini, urbanisasi tanpa keterampilan, serta rendahnya minat generasi muda pada pertanian. Melalui majelis taklim, forum pemuda, hingga program pemberdayaan, NU mengajak anak-anak muda untuk tetap optimis dan berperan aktif membangun daerahnya sendiri.

Gunungkidul, lanjut Tohari, masih memerlukan dukungan penuh agar mampu keluar dari ketertinggalan. NU memastikan diri hadir sebagai mitra kritis pemerintah daerah agar program nasional benar-benar berjalan efektif di akar rumput.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/08/pria-di-bantul-disabet-sajam-dan.html

“Kita tidak bisa berjalan sendiri. Harus ada sinergi. NU siap bersinergi dengan pemerintah daerah maupun pusat demi kesejahteraan masyarakat Gunungkidul,” tegasnya.

Dengan demikian, NU Gunungkidul menegaskan komitmennya untuk terus menjadi bagian dari solusi di tengah tantangan pembangunan daerah. Harapannya, program-program Presiden seperti pembangunan sumur bor, bantuan sosial, maupun program kemandirian desa, benar-benar bisa memperkuat kesejahteraan rakyat kecil.

“NU akan terus mengawal, dari pusat hingga desa, agar setiap program pembangunan bisa menghadirkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, termasuk di Gunungkidul,” pungkasnya.

(HAW)

© Copyright 2022 - INANEWS