Breaking News

Tak Ingin Perpustakaan Jadi Kuburan atau Kamar Mayat, Pemkal Sumberejo lakukan ini



Gunungkidul (DIY), INANEWS.id - Pemerintah Kalurahan Sumberejo, Kapanewon Semin terus melakukan peningkatan literasi masyarakat nya melalui Perpustakaan Sumber Ilmu.

Lurah Sumberejo Sudirman mengatakan dalam proses peningkatan literasi masyarakat, Perpustakaan sebagai bagian Pemerintahan Sumberejo terus melakukan kerjasama kepada masyarakat baik melalui kader di masyarakat maupun institusi pendidikan yang ada di kalurahan tersebut.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/06/polsek-cinere-menebar-tali-asih-bantuan.html

"Saya teringat kata-kata Kang Maman Suherman seorang penulis dalam suatu postingan di media sosial bahwa di Indonesia ini tingkat literasinya sangatlah rendah, Kang Maman juga membandingkan tingkat literasi negara kita dengan 5 negara lain, dan orang Indonesia ini dalam 1 tahun itu hanya membaca 2 hingga 3 buku, sehingga ia menyamakan perpustakaan sama sepinya dengan kamar mayat dan kuburan. Dari kata-kata tersebut saya berfikir bagaimana Perpustakaan Sumber Ilmu yang kami miliki tidak sepi seperti yang di sebut Kang Maman tadi, seperti kuburan atau kamar mayat," kata Sudirman kepada reporter INANEWS.id  di kantornya. Jumat, (13/6/2025).

Sehingga dalam melawan stigma perpustakaan yang disamakan dengan kamar mayat dan kuburan, pemerintah Kalurahan Sumberejo melakukan perjanjian dengan instansi pendidikan seperti Paud, TK dan SD. Tak hanya itu Sudirman juga mengharuskan para kader baik lansia, kader balita dan Kelompok Wanita Tani (KWT) untuk meluangkan waktu untuk membaca di Perpustakaan Sumber Ilmu yang dimiliki oleh Kalurahan Sumberejo.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/06/perjuangan-anak-penjaga-warung-sembako.html

Sudirman menyoroti saat ini orang tua sudah tidak piawai dalam membawakan dongeng kepada anak-anaknya, terlebih serangan media sosial yang mengakibatkan budaya mendongeng ini dianggap kuno dan ketinggalan jaman.

"Kita, bangsa Indonesia ini memiliki budaya bertutur melalui sarana dongeng kepada generasi penerus, tapi kali ini karena maraknya sosmed jadi budaya itu di anggap kuno, padahal dengan dongeng bisa melatih imajinasi anak, dan menurut saya untuk mengerti banyak ragam cerita dongeng kita harus banyak membaca dan perpustakaan lah sarananya," jelas Sudirman

Dengan upaya MOU dengan berbagai instansi harapannya Perpustakaan Sumber Ilmu bisa berjalan layaknya perpustakaan pada fungsi semula.

Baca juga: https://www.inanews.id/2025/06/perjuangan-anak-penjaga-warung-sembako.html

Terkait banyaknya perpustakaan digital, Sudirman tidak menafikan perkembangan tersebut, dan saat ini ia mengatakan Perpustakaan Sumber Ilmu juga sedang mempersiapkan kearah E-Perpusdes.

"Kami tidak menolak digitalisasi dalam pengembangan perpustakaan, malah kami juga akan mengembangkan perpustakaan Sumber ilmu ini ke arah digitalisasi, namun yang lebih penting itu kan minat baca masyarakat terlebih dahulu kita bangkitkan, dan melakukan itu tidak semudah membalik telapak tangan butuh proses dan waktu," tutupnya.

(WAP)

© Copyright 2022 - INANEWS