Jawa Barat, INANEWS.id - Presiden Prabowo Subianto, dalam langkah-langkah awal pemerintahannya, tampak jelas tengah melaksanakan spirit perjuangan Tan Malaka, salah satu bapak pendiri bangsa yang selama ini sering diabaikan dalam wacana arus utama. Tagline "Indonesia Emas 2045" yang digaungkannya tidak lain merupakan bentuk aktualisasi dari gagasan "Merdeka 100 Persen" yang diwariskan Tan Malaka. Keduanya berpijak pada prinsip dasar yang sama: kemerdekaan sejati harus mencakup aspek politik, ekonomi, sosial, dan yang terpenting pendidikan.
Pendidikan sebagai Senjata Kemerdekaan
Prabowo menempatkan pendidikan sebagai prioritas utama. Pendirian Sekolah Rakyat pertama di Semarang adalah bukti konkret. Sekolah ini bukan sekadar institusi belajar, melainkan simbol dari tekad negara untuk membebaskan rakyat dari kebodohan dan kemiskinan, seperti yang dulu diperjuangkan Tan Malaka. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) juga mencerminkan pemikiran Tan Malaka tentang pentingnya kondisi jasmani yang baik untuk menunjang kecerdasan dan perlawanan terhadap ketertindasan.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/05/ketahuan-mencuri-motor-pria-asal.html
Kesejahteraan Guru dan May Day
Prabowo juga memahami peran strategis guru dalam mencetak generasi penerus bangsa. Ia bicara terbuka soal kesejahteraan guru, menyadari bahwa pendidikan yang kuat tidak mungkin dibangun di atas punggung guru yang lapar dan tidak dihargai.
Pada Hari Buruh (May Day) 2025, sejarah mencatat bahwa untuk pertama kalinya Presiden Republik Indonesia hadir langsung di tengah-tengah buruh. Ini bukan hanya bentuk penghormatan, tetapi pernyataan sikap. Dengan tagline "Buruh Bersatu, Bela Negara", Prabowo menegaskan bahwa buruh bukan hanya alat produksi, tetapi subjek pembangunan nasional.
Ia pun menekankan pentingnya relasi mutualisme antara negara dan buruh. Buruh berhak atas penghasilan layak, tetapi juga harus mengambil tanggung jawab besar dalam menciptakan produktivitas, disiplin, dan iklim kerja yang sehat. Dalam paradigma ini, buruh bukan hanya "menuntut", tetapi juga "memberi".
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/05/pencurian-berulang-di-pajangan-bantul.html
KDM dan Arah Baru Jawa Barat
Salah satu kepala daerah yang terbukti membaca dan menerjemahkan arah kebijakan Presiden Prabowo dengan baik adalah Dedi Mulyadi (KDM), Gubernur Jawa Barat. KDM telah lama memperjuangkan nilai-nilai pendidikan karakter di daerahnya. Ia menginginkan agar anak-anak muda Jawa Barat cerdas, kuat, dan disiplin. Dalam kebijakannya, anak-anak harus berjalan kaki ke sekolah dan tidak boleh membawa gadget, sebagai upaya membentuk karakter tangguh, bukan untuk membully, melainkan mendidik.
Di sisi lain, KDM juga konsisten menciptakan iklim investasi yang sehat. Ia memerangi ormas-ormas yang selama ini menjadi sumber keresahan dan hambatan masuknya investor. KDM memahami bahwa pertumbuhan ekonomi tidak akan tercapai tanpa stabilitas sosial dan keamanan.
Baca juga: https://www.inanews.id/2025/05/kemendagri-perencanaan-pembangunan.html
Kesimpulan: Prabowoisme adalah Tan Malakaisme Praktis
Melalui pendekatan ini, kita bisa melihat bahwa Prabowoisme hari ini adalah Tan Malakaisme yang dijalankan secara operasional. Visi “Indonesia Emas” bukan sekadar angka-angka makro, melainkan proyek besar menuju kemerdekaan sejati, 100 persen. Pendidikan, kesejahteraan rakyat, kedisiplinan buruh, dan iklim investasi yang bersih adalah alat untuk mencapainya.
Sebagai Direktur Tan Malaka Institut Jawa Barat, saya melihat ini bukan sekadar kebetulan sejarah, tapi babak baru dari perjuangan lama yang kini menemukan jalannya.
Oleh: Daddy Palgunadi
Direktur Tan Malaka Institut Jawa Barat
Social Header